Yayasan Pendidikan Rosma | Dalam rangka dimulainya Tahun Ajaran Baru 2025/2026 yang akan dumulai pada hari Senin,14 Juli 2025 pada bulan ini, Yayasan Pendidikan Rosma dalam hal ini merupakan badan hukum penyelanggara pendidikan di Seolah Tunas Dharma, yang terdiri dari: TK Tunas Dharma, SD Tunas Dharma, SMP Tunas Dharma dan SMA Tunas Dharma, menggelar Sharing Session bersama Ketua Pembina Yayasan Pendidikan Rosma, Aking Saputra, SH., M.Kn. Sharing Session ini berlangsung dari Pukul 10:00 sampai 12:00, bertempat di Aula Sekolah Tunas Dharma. Adapun pesertanya adalah semua guru di Sekolah Tunas Dharma, dari TK sampai SMA. Hadir juga pada acara ini Ketua Yayasan Pendidikan Rosma Drs. Yakobus Susanto, MA.; Sekretaris Yayasan Pendidikan Rosma Eko Winarno, S.Fil., SM., MM.; Kepala SMA Tunas Dharma Deby Silvia Anwar, SE., MM.; Kepala SMP Tunas Dharma Laminem, S.Ag., M.Pd.B.; Kepala SD Tunas Dharma Nurmayasari, S.Pd., Kepala TK Tunas Dharma Aperiani Zega, S.Pd.K.; dan Manajer Kompleks Sekolah Tunas Dharma Ike Nugraheni, SE., MM.
Adapun tujuan diselenggarakannya Sharing Session ini tidak hanya membuka Tahun Ajaran Baru saja, meliankan juga acara ini bertujuan untuk memompa dan menyemangati para guru, yang merupakan ”ujung tombak” dan pelaksana teknis, yang akan menentukan kualitas pembelajaran yang diselenggarakan di dalam kelas, kepada para muridnya secara langsung. Dalam pengantarnya sekaligus memandu acara, Sekretaris Yayasan Pendidikan Rosma Eko Winarno, S.Fil., SM., MM., mengatakan: ”Pada hari ini, kami di Yayasan Pendidikan Rosma menginisiasi acara Sharing Session bagi para Tenaga Pendidik yang ada di lingkungan Yayasan Pendidikan Rosma, setelah kemarin diadakan di SMK Rosma dan menyusul hari Senin nanti di STMIK Rosma. Tujuannya adalah kami dari Yayasan menekankan kepada seluruh Tenaga Pendidik, bahwa sebagai guru itu hendaknya tidak berhenti pada aktivitas mengajar saja atau hanya memenuhi tugas-tugas administratif pembelajaran saja. Melainkan, guru juga harus selalu aktif dalam belajar, dalam rangka terus mengasah dan mendalami bidang keilmuannya agar dapat memberikan kualitas pengajaran dan pembelajaran yang terbaik bagi para siswa-siswi di dalam kelas, baik itu TK, SD, SMP dan SMA di Sekolah Tunas Dharma.
Kurikulum mungkin saja berubah, Menteri Pendidikan bisa berganti, bahkan Gubernur Jawa Barat pun juga boleh menerbitkan berbagai macam Surat Edaran untuk bidang pendidikan, ya boleh-boleh saja. Tapi percaya lah, bahwa itu semua bukan merupakan ’ujung tombak’ dari kualitas pendidikan kita. Ujung tombak dari kualitas dan proses pendidikan itu adalah guru. Bukan yang lain. Karena guru lah yang menangani secara teknis proses pembelajaran kepada siswanya secara langsung setiap hari, di dalam kelas. Kami mengajak seluruh guru agar memedomani konsep pendidikan di dalam Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional kita, di mana di sana terdapat konsep Pembelajaran Sepanjang Hayat. Dalam praktek sederhananya, bahwa seorang guru itu harus belajar di setiap waktu untuk dirinya sendiri, selain dia harus mengajar para muridnya. Guru harus terus belajar di sepanjang hayatnya, dengan demikian ia akan mampu memberikan knowledge dan skill terbaiknya, untuk menghadirkan proses pembelajaran yang bermutu di dalam kelas untuk para siswanya”, tegas Sarjana Filsafat dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta ini.
Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Bapak Aking Saputra, SH., M.Kn., selaku Ketua Dewan Pembina Yayasan Pendidikan Rosma, dalam paparannya menyampaikan: ”Pada dasarnya mengapa saya minta acara Sharing Session ini diadakan untuk seluruh guru, karena dalam posisi saya sebagai anggota masyarakat biasa di negara ini saya merasa prihatin. Mengapa? Karena, saya ini adalah produk pendidikan di era tahun 1970-an sampai tahun 1985-an. Saya menempuh pendidikan dasar sampai pendidikan menengah atas, semuanya di Karawang. Jadi, saya ini adalah produk pendidikan asli Karawang. Baru setelah itu, saya penempuh pendidikan tinggi di bidang studi ilmu hukum untuk S1 dan S2 bidang Kenotariatan, di Universitas Indonesia. Saat saya SD, SMP dan SMA, saya merasa dulu guru saya mengajar itu sangat bagus kapasitas dan kualitas ilmunya. Walaupun dulu, guru itu mengajar secara konvensional, hanya dengan metode ceramah dia menjelaskan di papan tulis dengan kapur, dan kemudian guru menekankan siswanya untuk selalu membaca buku saat di rumah. Tapi, kok bisa ya dulu guru itu menguasai suatu materi yang dia ajar dengan sempurna? Maka hasilnya, sebagian besar orang seangkatan saya itu cenderung memiliki wawasan atau Knowlegde, keterampilan baik itu Softskill, Hardskill bahkan Lifeskill juga bagus.
Nah, hal inilah yang membuat saya berhasil seperti sekarang ini. Jadi, harus diakui bahwa kesuksesan diri saya saat ini merupakan hasil didikan orang tua saya di rumah, dan juga para guru saya dulu di sekolah, dari SD sampai SMA. Beragam data dari lembaga kredibel menunjukkan fakta, bahwa saat ini terjadi penurunan bahkan degradasi kualitas pendidikan di negera kita secara umum, jika dikomparasikan dengan kualitas pendidikan di negara lain seperti Finlandia, Jerman, Tiongkok, bahkan Singapura dan Malaysia. Pertanyaan mendasarnya, mengapa? Kok bisa? Lantas, orang ramai-ramai mengkritik pemerintah, sekolah dan guru. Saya tidak tahu persis, mengapa hal ini bisa terjadi. Tapi minimal ada hal yang bisa kita lakukan dalam lingkup kecil, di lingkungan Sekolah Tunas Dharma ini. Misalkan, saya menekankan bahwa guru itu harus memiliki filsafat dan dasar filosofi yang kuat, dalam banyak hal di dalam kehidupan ini. Dengan kita memiliki dasar filsafat yang kuat, maka dengan sendirinya hal itu akan membentuk jiwa dan sikap kritis, responsif dan solutif atas berbagai macam persoalan kehidupan, termasuk persoalan-persoalan pendidikan yang terjadi di sekolah sehari-hari.
Ciri seseorang yang memiliki dasar filsafat yang baik, maka dia akan selalu haus dalam bertanya dan mencari tahu tentang segala sesuatu. Yang pada akhirnya, dia akan menemukan jawaban dan solusi atas persoalan yang dia hadapi di dalam keseharian. Nah, hal ini semua, akan berujung kepada penanaman dasar keilmuan yang kuat kepada para murid di dalam kelas. Jika hal ini terjadi dan dilakukan oleh seluruh guru, maka saya percaya bahwa kualitas pendidikan kita secara umum akan meningkat, ya minimal dalam lingkup di Sekolah Tunas Dharma. Nah, itulah yang bisa kita lakukan sebagai institusi pendidikan swasta, karena Sekolah Tunas Dharma itu merupakan mitra dari pemerintah dalam penyelenggaraan wajib belajar pada jenjang pendidikan anak usia dini hingga pendidikan menengah atas. Saya mengharuskan kepada Bapak/Ibu guru semua, untuk wajib memberikan kualitas pembelajaran yang terbaik, untuk para siswa semuanya di Sekolah Tunas Dharma. Saya ingin, bahwa anak-anak alumni dari TK, SD, SMP dan SMA di Sekolah Tunas Dharma ini memiliki keunggulan tersendiri, baik itu dalam hal keilmuan, keterampilan dan sikap yang bagus sehingga mereka bisa menciptakan masa depannya sendiri dengan baik ketika mereka lulus dari sekolah kita”. Demikian, penekanan dari Bapak Aking Saputra, yang merupakan Sarjana Hukum dan Magister Kenotariatan dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI) ini,
