SMP Tunas Dharma | Pada hari Senin sampai hari Rabu, tanggal 14-16 Juli 2025 diadakan kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah atau MPLS, di SMP Tunas Dharma. Sebagaimana diketahui, bahwa MPLS merupakan kegiatan yang wajib diselenggarakan oleh sekolah, dalam rangka menyambut siswa-siswi barunya. MPLS bertujuan untuk mengenalkan siswa pada lingkungan sekolah, yang terdiri dari para guru, staf kependidikan, fasilitas sekolah, organisasi dan kegiatan sekolah, aturan sekolah dan kesiswaan, budaya serta nilai-nilai yang diusung oleh sekolah. MPLS juga berfungsi untuk membantu siswa baru dalam beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah yang baru, dalam rangka membangun interaksi positif di antara warga sekolah. Adapun kegiatan ini dilangsungkan di Aula SMP Tunas Dharma, dengan mengambil tema ”MPLS Ramah: Menghargai Perbedaan untuk Terciptanya Pendidikan Inklusif di Era Digital”.
Pada hari ketiga kegiatan MPLS SMP Tunas Dharma 2025 ini, sekolah menghadirkan Bapak Rukmana, S.Pd., M.Pd. Bapak Rukmana, saat ini merupakan Pengawas Pembina untuk SMP Tunas Dharma. Tidak hanya itu, beliau merupakan sosok pendidik yang aktif berkegiatan dan berorganisasi di dalam profesinya sebagai seorang guru. Pada saat ini, merupakan Ketua Asosiasi Pengawas Sekolah Indonesia (APSI) Kabupaten Karawang. Sebuah organisasi profesi yang menaungi para Pengawas Sekolah, untuk wilayah kerja Kabupaten Karawang. Selain itu, beliau juga sebagai Sekretaris Cabang Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kabupaten Karawang. Sebagaimana diketahui, PGRI merupakan organisasi profesi yang mengayomi para guru yang ada di Kabupaten Karawang khususnya, dan Indonesia pada umumnya. Dalam sesi MPLS tersebut, dihadiri juga oleh Sekretaris Yayasan Pendidikan Rosma Eko Winarno, S.Fil., SM., MM.; Kepala SMP Tunas Dharma Laminem, S.Ag., M.Pd.B.; dan Ketua OSIS SMP Tunas Dharma Keitaro Anatta Yo.
Dalam kesempatan di salah satu sesi MPLS tersebut, Bapak Rukmana, S.Pd., M.Pd., mengatakan di hadapan para siswa siswi baru SMP Tunas Dharma: “Pertama-tama, saya ucapkan selamat kepada adik-adik semua yang telah naik jenjang, dari SD ke SMP. Kenaikan jenjang pendidikan ini adalah awal dari sebuah rencana besar bagi ananda semua, dalam rangka merencanakan dan menyusun langkah untuk menapaki masa depan. Maka, ketika adik-adik semua sudah memasuki jenjang SMP, maka pesan saya adalah bahwa ananda semua harus ‘haus’ dalam belajar, belajar banyak hal. Baik itu belajar secara akademik melalui mata pelajaran di sekolah, belajar hal baru di luar akademik yang bertujuan untuk mendukung pengetahuan dan keterampilan ananda semua, termasuk belajar untuk menekuni hal di luar akademik seperti seni, budaya, olahraga atau kegiatan lain yang bisa membentuk karakter baik dan karakter unggul untuk diri ananda semua.
Dalam kesempatan ini, saya diminta oleh Kepala Sekolah Ibu Laminem untuk memberikan materi berupa wawasan tentang Deep Learning. Mungkin ini istilah asing bagi adik-adik semua. Tapi dapat saya jelaskan dengan sederhana, bahwa pada dasarnya ini merupakan gagasan baru dari Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah kita, Bapak Profesor Abdul Mu’ti yang pertama menggagas untuk dapat dijalankan di dalam pembelajaran di sekolah di Indonesia. Secara sederhana, Deep Learning yang secara harfiah itu berarti ’pembelajaran yang mendalam’, itu dapat diartikan bahwa guru itu sebagai seorang pengajar sekaligus pendidik itu harus mampu mengupas dan mengulas sebuah materi secara mendalam. Dengan kedalaman tersebut, diharapkan dapat menghasilkan pemahaman akan pengetahuan dan ilmu yang sempurna dan bermutu karena siswa akan mampu memahami sebuah konsep dan teori di dalam pembelajaran itu secara utuh, jadi harapannya siswa itu tidak hanya tahu banyak saja, tetapi tahunya itu hanya sepotong-sepotong. Melainkan, siswa juga harus tahu secara mendalam.
Untuk bisa menciptakan sebuah materi pembelajaran yang mendalam (deep), maka seorang guru di kelas memerlukan sebuah conditioning, berupa: (1) Proses pembelaaran dengan kesadaran penuh, fokus dan aktif; (2) Siswa tidak hanya sebatas menerima informasi saja, tetapi guru juga harus mampu membimbing dan mengarahkan siswa agar mampu memproses dan mengaplikasikan sebuah informasi itu; (3) Guru harus mampu membuat sebuah project based learning yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses penyelesaiannya ke dalam sebuah proyek yang nyata; dan (4) Guru harus mendorong siswa untuk bisa berkolaborasi aktif, berpikir kritis dalam rangka pemecahan masalah atau studi kasus tertentu di dalam sebuah konsep.
Selanjutnya, di dalam Deep Leraning itu mencakup konsep Meaningful Learning atau pembelajaran yang bermakna, yaitu sebuah proses yang bermakna dan relevan sesuai konteks. Konsep ini terdiri atas: (1) Penerapan ilmu di dalam kehidupan, yakni sebuah proses pembelajaran yang membuat siswa menyadari betul bahwa ilmu yang mereka pelajari itu memiliki nilai dan makna serta relevansi di dalam kehidupan nyata sehari-hari; (2) Menghubungkan teori dan praktik, dalam arti bahwa siswa itu harus memahami bahwa terdapat relevansi langsung antara ilmu dan aplikasi. Misalkan, siswa dapat memahami dengan baik dan mendalam hubungan antara ilmu matematika dengan transaksi keuangan atau untung rugi dalam perhitungan di sebuah perdagangan; (3) Selanjutnya yang tak kalah penting, ialah proses pemaknaan dalam pembelajaran yang mampu meningkatkan motivasi dan rasa percaya diri siswa dalam belajar. Siswa tidak boleh lagi belajar di dalam suasana ketakutan dan kecemasan.
Kesemuanya itu harus dihadirkan ke dalam sebuah pembelajaran yang bersifat Joyful Learning atau pembelajaran yang menyenangkan. Untuk menciptakan sebuah Joyful Learning di dalam praktiknya, guru harus mengarahkan siswa kepada kesukaan dan motivasi, yakni proses pembelajaran yang menyenangkan untuk menciptakan pengalaman belajar yang positif. Hal ini bisa dihadirkan dengan metode yang kreatif, misalkan pendekatan belajar dengan Games atau Quis yang dapat meningkatkan minat dan kesukaan belajar siswa sehinga siswa dapat termotivasi untuk terus melaksanakan pembelajaran secara mendalam bersama para siswanya. Kesemuanya itu, harus dihadirkan ke dalam sebuah suasana pembelajaran yang menyenangkan, sehingga siswa mampu menyerap materi dengan lebih mudah dan efektif karena tanpa beban. Nanti, sebagai siswa ananda semuanya harus bersifat kritis dalam pembelajaran. Cara sederhananya dengan banyak bertanya kepada guru di kelas. Dan yang paling penting, bahwa adik-adik semua harus belajar dalam keadaan nyaman tanpa beban, dan gembira saat terjadinya interaksi bersama guru di dalam kelas. Dengan demikian, mudah-mudahan Deep Learning atau pembelajaran yang mendalam ini bisa diterapkan di SMP Tunas Dharma ini”. Demikian, papar Bapak Rukmana yang merupakan Sarjana Pendidikan dari IKIP Bandung dan Magister Pendidikan dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ) ini.